Pada tahun 1477 Raja Soshin di Okinawa memberlakukan larangan pemilikan
senjata bagi golongan pendekar. Tahun 1609 Kelompok Samurai Satsuma
dibawah pimpinan Shimazu Iehisa masuk ke Okinawa dan tetap meneruskan
larangan ini. Bahkan mereka juga menghukum orang-orang yang melanggar
larangan ini. Sebagai tindak lanjut atas peraturan ini orang-orang
Okinawa berlatih Okinawa-te (begitu mereka menyebutnya) dan Ryukyu
Kobudo (seni senjata) secara sembunyi-sembunyi. Latihan selalu dilakukan
pada malam hari untuk menghindari intaian. Tiga aliranpun muncul
masing-masing memiliki ciri khas yang namanya sesuai dengan arah
asalnya, yaitu : Shurite , Nahate dan Tomarite.
Namun demikian
pada akhirnya Okinawate mulai diajarkan ke sekolah-sekolah dengan Anko
Itosu (juga mengajari Funakoshi) sebagai instruktur pertama. Dan tidak
lama setelah itu Okinawa menjadi bagian dari Jepang, membuka jalan bagi
karate masuk ke Jepang. Gichin Funakoshi ditunjuk mengadakan demonstrasi
karate di luar Okinawa bagi orang-orang Jepang.
Gichin Funakoshi
sebagai Bapak Karate Moderen dilahirkan di Shuri, Okinawa, pada tahun
1868, Funakoshi belajar karate pada Azato dan Itosu. Setelah berlatih
begitu lama, pada tahun 1916 (ada yang pula yang mengatakan 1917)
Funakoshi diundang ke Jepang untuk mengadakan demonstrasi di Butokukai
yang merupakan pusat dari seluruh bela diri Jepang saat itu.Selanjutnya
pada tahun 1921, putra mahkota yang kelak akan menjadi kaisar Jepang
datang ke Okinawa dan meminta Funakoshi untuk demonstrasi. Bagi
Funakoshi undangan ini sangat besar artinya karena demonstrasi itu
dilakukan di arena istana. Setelah demonstrasi kedua ini Funakoshi
seterusnya tinggal di Jepang.
Selama di Jepang pula Funakoshi
banyak menulis buku-bukunya yang terkenal hingga sekarang. Seperti
"Ryukyu Kempo : Karate" dan "Karate-do Kyohan". Dan sejak saat itu
klub-klub karate terus bermunculan baik di sekolah dan universitas.
Gichin
Funakoshi selain ahli karate juga pandai dalam sastra dan kaligrafi.
Nama Shotokan diperolehnya sejak kegemarannya mendaki gunung Torao (yang
dalam kenyataannya berarti ekor harimau). Dimana dari sana terdapat
banyak pohon cemara ditiup angin yang bergerak seolah gelombang yang
memecah dipantai. Terinspirasi oleh hal itu Funakoshi menulis sebuah
nama "Shoto" sebuah nama yang berarti kumpulan cemara yang bergerak
seolah gelombang, dan "Kan" yang berarti ruang atau balai utama tempat
muridnya-muridnya berlatih.
Simbol harimau yang digunakan karate
Shotokan yang dilukis oleh Hoan Kosugi (salah satu murid pertama
Funakoshi), mengarah kepada filosofi tradisional Cina yang mempunyai
makna bahwa ’’harimau tidak pernah tidur’’. Digunakan dalam karate
Shotokan karena bermakna kewaspadaan dari harimau yang sedang terjaga
dan juga ketenangan dari pikiran yang damai yang dirasakan Gichin
Funakoshi ketika sedang mendengarkan suara gelombang pohon cemara dari
atas Gunung Torao.
Sekalipun Funakoshi tidak pernah memberi nama
pada aliran karatenya, murid-muridnya mengambil nama itu untuk dojo yang
didirikannya di Tokyo tahun sekitar tahun 1936 sebagai penghormatan
pada sang guru. Selanjutnya pada tahun 1949 Japan Karate Association
(JKA) berdiri dengan Gichin Funakoshi sebagai instruktur kepalanya.
Shotokan
adalah karate yang mempunyai ciri khas beragam teknik lompatan (lihat
Enpi, Kanku Dai, Kanku Sho dan Unsu), gerakan yang ringan dan cepat.
Membutuhkan ketepatan waktu dan tenaga untuk melancarkan suatu teknik.
Gichin
Funakoshi percaya bahwa akan membutuhkan waktu seumur hidup untuk
menguasai manfaat dari kata. Dia memilih kata yang yang terbaik untuk
penekanan fisik dan bela diri. Yang mana mempertegas keyakinannya bahwa
karate adalah sebuah seni daripada olah raga. Baginya kata adalah
karate. Funakoshi meninggal pada tanggal 26 April 1957.
Hingga kini 4 besar aliran karate di Jepang yaitu Shotokan, Gojuryu, Wadoryu dan Shitoryu.
Sumber : http://www.fokushotokan.com/sejarah.html
(forki)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar